prolog


Besok sudah Senin lagi. Bukankah waktu bergulir begitu cepat? Seolah kita semua telah berhenti pada dua ribu sembilan belas? Apakah dunia memang telah berakhir? Apakah kita sebenarnya sudah ada di kehidupan yang selanjutnya? Tapi apakah benar ada kehidupan setelah kehidupan yang ini? Apakah berarti tidak pernah ada kematian? Apakah kita hanya… berpindah?

Besok sudah Senin lagi, jadi aku harus pulang. Tidak. Aku tidak suka pulang. Aku tidak suka perasaan-perasaan yang begitu berat padahal hanya untuk pulang. Aku tidak suka merasa berusaha hanya untuk melangkah kembali ke rumah. Sebab aku tahu itu seharusnya tidak perlu pakai usaha, hanya dibutuhkan hati yang riang dan perjalanan yang tidak mengenal kata sabar. Tapi, aku tidak suka pulang. Aku lebih suka di sini. 

Tidak, tidak. Sebenarnya tidak hanya di sini. Aku suka semua tempat kecuali di rumah, karena di sana menyeramkan. Kadang aku bingung, kenapa cerita horor harus tentang hantu? Kenapa tidak tentang bapak yang selalu memukuli ibu? Kenapa tidak tentang luka lebam di sekujur tubuh ibu, juga tubuhku? 

Dan aku masih saja memanggilnya dengan sebutan bapak. Tidak ada yang waras di kota ini. Tidak ada rumah yang aman. Tidak pernah ada. Kota ini tidak lebih dari secangkir kebohongan yang disajikan para penguasa. Semua habis, dan yang tersisa hanya ketersiksaan kita.

“Aku mau kita putus, Na.”

Tunggu dulu, ini bukan ending-nya, ini sungguh-sungguh awal mulanya. Yah, meski sejujurnya aku juga tidak menyangka kalau cerita ini harus dimulai dengan sangat malang. Aku tidak paham betul kenapa dia mau putus, tapi aku selalu tahu bahwa kami memang tidak akan lama-lama.

“Oke.” kataku.

“Oke???” katanya dengan nada yang terdengar seperti tidak terima.

Kenapa ya selalu ada orang-orang kayak dia? Kenapa orang yang minta putus duluan, kerap kali tidak terima dengan apa yang mereka dengar selanjutnya?

“Ya… oke. Kamu mau putus, ya udah.” kataku lagi.

“Sifat kamu yang kayak gini yang bikin aku gak kuat sama kamu.” katanya.

Aku tidak suka membela sesuatu yang sudah tidak ada artinya. Menambah alasan kadang hanya menggandakan beban. Buatku, kata putus tidak perlu penjelasan panjang lebar. Putus adalah tanda titik yang pasti. Sekali diucapkan, sudah jelas tersampaikan.

“Ya maaf?”  kataku tanpa sedikit pun melihat wajahnya.

“Gila, ya? Kamu bahkan gak tahu caranya minta maaf,”

Aku sebenarnya tahu caranya minta maaf, cuma barusan aku memang tidak niat sama sekali. Tidak tahu juga kenapa harus minta maaf. Ya… buat formalitas saja. Lagipula, aku paling benci bagian ini. Perpisahan selalu menjadi drama yang melelahkan. Jadi, biar semua segera sudah. Alur cerita membawa nasib manusia menjadi beberapa kemungkinan. Tokoh baik atau tokoh jahat. Tokoh utama atau tokoh pembantu. Cerita panjang atau cerita pendek. Dan di matanya sekarang, aku adalah penjahatnya.

Minuman yang ia pesan belum disentuh. Aku hanya duduk dan mulai memandanginya. Dia bersandar di kursinya sambil juga memandangiku. Aku tidak membencinya, meski jelas aku sudah membuatnya sangat membenciku. Aku tidak ingin banyak bicara. Aku cuma ingin melihatnya untuk terakhir kali, karena dari sorot matanya, terlihat banyak cerita yang sudah kami lewati bersama. Dari tatapannya, aku tahu aku pernah menyayanginya. Meski sejak awal aku pun tahu bahwa aku tidak mungkin selamanya menyayanginya. Entah apa yang sedang ia lihat dari mataku sekarang. Mungkin penyesalannya akan waktunya yang terbuang sia-sia.

Dua tahun bukan waktu yang sebentar. Itu lama sekali. Aku membuang dua tahun hidupnya begitu saja. Dia baik, hidupnya baik. Dia anak tengah dari tiga bersaudara. Bapaknya punya rumah makan, ibunya menyukaiku. Sedangkan aku jahat, hidupku juga. Bapakku tidak punya pekerjaan, ibuku yang cari uang. Itu mengapa sejak awal aku tahu kami tidak bisa berhenti pada tempat yang sama. Itu mengapa pula, selama ini aku hanya menunggu ia menyerah denganku, sebagaimana hidupku sendiri.

Semua orang pergi. Bapak gila. Ibu terluka. Memar yang satu disusul yang berikutnya. Pukulan di kepala, tamparan di pipi, tendangan di perut, dan seorang anak perempuan yang cuma bisa bersembunyi. Kadang aku bingung, siapa di antara kami yang lebih butuh pertolongan? Apakah ibu? Tapi ibu bisa menahan rasa sakitnya. Entah menahan atau memang sudah terbiasa. Aku ingat dan akan selalu ingat ibu pernah bilang, “Luka adalah goresan yang pertama, yang setelahnya sudah bukan lagi luka namanya.”

Tadinya, kupikir, ibu juga gila. Sebab tidak mungkin manusia bisa sekuat itu. Tidak mungkin cinta memiliki warna biru seperti di tubuhnya. Berengsek. Gara-gara bapak, biru jadi warna yang… sadis. 

Tak jarang aku memikirkan kalau bapak sebenarnya juga butuh ditolong. Dia jelas sakit. Sebab tidak mungkin manusia bisa sekeji itu. Tidak mungkin seorang laki-laki menyakiti perempuan yang dicintainya. Sayangnya bapak tidak mau ditolong. Bapak menyukai peranannya menjadi orang gila. 

Dan aku?

“Alina,” katanya.

Ia berdiri dan bersiap untuk meninggalkan meja. Ia lalu mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa kertas uang dan diletakkannya di atas meja. 

“Jaga diri, Na, jangan pergi terlalu jauh. Ingat ibu kamu.” katanya kemudian berlalu keluar café. 

Ia pergi. Minumannya tetap tidak tersentuh sama sekali. Aku tidak menyaksikannya pergi sampai benar-benar tidak ada lagi jejak tubuhnya. Aku hanya memandangi secangkir kopi tubruk pesanannya itu. Dia suka apa saja yang penting kopi hitam. Tidak terlalu pekat, tidak pula terlalu encer. Kopi sachet yang ada gambar kapalnya pun sudah cukup membuatnya tersenyum sambil mendengarku bercerita. Tapi itu sudah lama sekali, setahun yang lalu, tahun pertama kami bersama. Ketika aku masih meyakini bahwa mungkin saja Tuhan mendengar doaku. Bahwa mungkin saja aku menemukan sebuah rumah lain yang seperti kata orang-orang, tidak selalu bentuknya tempat, tetapi juga pada seseorang yang tetap. 

Oh. Tidak. Seseorang itu tidak tetap. Ia berubah, berganti, dan berhenti. Bapak berubah. Bapak berganti menjadi laki-laki beringas yang merasa paling kuat. Bapak berhenti menjadi manusia sejak kali pertama ia memecahkan gelas kaca ke atas kepalaku karena membela ibu. Ada darah yang mengalir dari sana. Melewati dahi, mata, pelipis, hingga masuk ke mulutku. Tidak. Itu tidak terasa sakit. Hanya perih sedikit waktu kubawa mandi setelahnya, tapi setelah itu, aku kehilangan rasa. Aku tidak tahu apa itu sedih, kecewa, senang, marah, aku… aku tidak tahu apa-apa. 

Sekali waktu aku bertanya pada Tuhan, mengapa ini harus dinamakan hidup? Berulang kali aku menyampaikan pertanyaan yang sama, tapi Tuhan tidak juga menjawabnya. Lantas kupikir, mungkin diam-Nya adalah jawaban. Mungkin hidup memang tidak selalu bisa mengizinkan aku bersuara. Aku cuma bisa diam dan seolah paham. Tapi kata ibu, Tuhan itu ada. Dan aku sudah terlalu tua untuk bertanya, iya tapi Tuhan adanya di mana? Jadi, tiap kali ibu bicara begitu, aku hanya diam, mengobati biru memar di tangannya, dan membiarkannya membelai rambutku. 

Besok sudah Senin lagi, jadi aku harus pulang, dan meninggalkan café ini.

… bersambung


331 responses to “prolog”

  1. Baru prolog tapi udah bikin sakit kepala karna nahan nangis. Paus hebat

    Like

  2. cerita kamu selalu berhasil membuat kami terbawa ke dalam nya Tsanaa, thank u so much🤍

    Like

  3. the part of “kenapa cerita horor harus tentang hantu? Kenapa tidak tentang…………” ugh:((((

    Like

  4. Kisah yang hampir 90% mirip denganku, bedanya ayah ga kasar, tapi dia tidak pernah peduli, tidak pernah pulang dan tidak pernah menyayangi ku ibu dan adik

    Like

  5. Akhirnya, kali ini bisa baca prolog sampai bener-bener selesai. as always tulisan paus selalu sampe ke hati

    Like

  6. dua kali baca prolog, pertama karena baru rilis, kedua karena sudah pukul 4. wah ternyata aku ketinggalan, bingung mau on going atau maraton. on going aja deh. luv u paus<33

    Like

  7. Maaf us aku baru baca, and.. paus ga pernah ngecewain kalo bikin ceritaaaa

    Like

  8. Setelah sekian lama akhirnya aku bertemu lagi dengan aksara yg sgt kugemari ini, terimakasih paus udah lama aku ga ‘bertemu’ tulisan kamu🖤✨

    Like

  9. Baru baca prolog nya aja aku udh suka, us. Terimakasih sudah nulis ini 🤍

    Like

  10. Paus rasanya seperti melihat diri di saat kami harus berpisah setelah 2 tahun waktunya terbuang sia-sia karena tidak memperoleh restu. saya sayang ibu jadi saya ikuti maunya.
    Maaf saya korbankan perasaan kamu dan apa yang sudah kita rencanakan.

    Liked by 1 person

  11. Akhirnya bisa baca tulisan panjang paus, aku yang jauh dari grammed dan juga tidak punya cukup uang untuk membeli di online shop tapi karena adanya tulisan ini aku semakin suka dengan paus begitu indah tulisannya. Terimakasih paus semoga tulisan ini mewakili banyak perasaan

    Like

  12. semoga tulisan paus ini mewakili banyak perasaan yg blm tersampaikan dan jd media healing buat yg baca dan yg nulis 🤍🫂

    selalu sampe ke hati baca karya2 paus, karna emg paus nulisnya pake hati 🥹

    Like

  13. Baca ini kenapa ikut sakitt, keinget semua luka dan trauma di masa lalu, walaupun kejadiannya ngga sampai separah ini tapi sakitnya benar² terbawa sampai sekarang. for 14 years a lot of painful things, I’m hurt I’m sick and I’m disappointed but I can’t possibly hate it. Maintaining sanity is the most tiring thing in my life

    Like

  14. “Oh. Tidak. Seseorang itu tidak tetap. Ia berubah, berganti, dan berhenti.” nyess sekali🥺

    Like

  15. Hi Alina dan teman² yang mengalami hal yang sama seperti Alina kalian tetap jadi kuat yaa. pelukkk paus, alina, dan teri

    Like

  16. Melihat Alina, aku merasa tidak sendirian (⁠o⁠´⁠・⁠_⁠・⁠)⁠っ

    Like

  17. Kwaaaaa bagussssss ♡(ӦvӦ。)…
    Ini baru prolog us, udah sebagus ini kereeeen (TT)
    Keburu baca selanjutnya…

    Like

  18. Rumah memang tempat pulang satu satunya,
    Tapi ia tidak menjanjikan selalu ada ketenangan disana:)
    Huaaaaaa Pausssssss lup banyakbanyakkkk🥹😭🤍🫶🏻

    Like

  19. kadang berpikir bahwa kerasnya orang rumah ke aku adalah simulasi kerasnya dunia yang sebenarnya. mungkin aku terlalu kecil untuk memahami itu sampai aku tidak kecil lagi. tapi aku takut

    Like

  20. Selaluuuu bermakna, yg kuat ya alinaaa. Rumah emang ga selamanya jadi tempat ternyaman untuk pulang dan istirahat.

    Like

  21. Berharap happy end buat Alina n ibuk boleh ngga si😢 baru prolog but it’s so hard😔
    Lup uu ka pauuss ♡♡

    Like

  22. “Gara-gara bapak, biru jadi warna yang..sadis”.
    Deep bgedd huwaaaa😢😭 Pdhal dmana2 biru itu melambangkan kedamaian, keseimbangan, huhuuu ak suka pake bgedd sama warna biru kakk :((
    GAMAU NANGISSS NNTI BATAL PUASAA😭😭

    Liked by 1 person

  23. Sayang paus banyak banyak!!! Lope SeAmazon usss Sehat selalu dan semangat terus ya uss

    Like

  24. Kadang memang rumah ngk seindah apa yang mereka ceritakan. Rumah hanya sekedar tempat saja yang isinya kepala-kepala orang yang saling egois.

    Like

  25. Pausss 💛 prolog yang kamu buat indah tapi tidak dengan feel nya, deep bngttt’)

    Like

  26. Usss kenapa ceritamu selalu seperti membaca hidupku, baru prolog us tapi udah mewek😭😭
    Aku merelakan seseorang yg 2 tahun brsamaku karena ngerasa ga pantes dengannya yang terlalu baik untuk aku, dia juga anak kedua dari tiga bersaudara. Bapakku pernah memberi warna biru dihidup ibuku walau tidak sesadis bapak Alina dan sampai akhir hayat ibuku kurasa ia tidak lagi bahagia, warna itu memberi dampak sampai aku dewasa ini🌼

    Like

  27. Kerenn bangett usss meskipun baru prolog tapi ini bener” kerennn 😭. Ga sabar nunggu setengah lima selanjutnyaa 💗

    Like

  28. Us ini sangat bagus, makasihh sekalii atas prolog yang cantik namun penuh luka

    Like

  29. karya nya Paus gapernah mengecewakan dan selalu bagus
    selamat berkarya yaa us, aku dukung km 🤍🐋

    Like

  30. wah wahhhhhh, harus ada lanjutannyaaaa. aku msksaaaa😭💗 love paua sekebon.

    Like

  31. Paus, terima kasih atas segala cerita yang selalu membekas, terlebih untuk cerita ini yg baru akan dimulai namun sudah bisa mewakili apa yang sedang aku bingungkan dan pikirkan karena kisahnya mirip🥲

    Like

  32. Paussss, alwayd keren ya ceritanya. Padahal baru prolog, tapi udah sedalam itu feelnya❤✨semangat terus Pausss

    Like

  33. “luka adalah goresan yang pertama, yang setelahnya sudah bukan lagi luka namanya.”
    i feel u, alina

    Like

  34. Paus, bikin ginian yang banyak ya. Buat nemenin Quality time ku. Maaci

    Like

  35. “Aku tidak ingin banyak bicara. Aku cuma ingin melihatnya untuk terakhir kali, karena dari sorot matanya terlihat banyak cerita yang sudah kami lewati bersama”
    Pausssss huhuhuuu sedih bacanyaaaT-T

    Like

  36. Aku yang tidak terbiasa baca, coba buat buka link paus, pas baca, eh. Kok bagus. Enak aja di cerna, ceritanya berkesan bangett.

    Kamu kerennn ussss, we love u
    Makasih banyak uss

    Like

  37. “Tapi, aku tidak suka pulang. Aku lebih suka di sini.”
    relate banget us wkwk

    Like

  38. aku pernah seperti alina, beruntungnya aku, Allah. menyelamatkan ayahku, ayah cuma kebawa emosi saat itu. Tapi sekarang ayah lagi jauh.. cuma beda nama provinsi sih. sayang ayah.

    Like

  39. dan kenyataanya ada banyak Alina disekitar kita, dan semoga mereka tetap kuat dan tetap jadi manusia baik yang masih mau memanusiakan manusia lain:)

    Like

  40. kata”nya.. so deep, so beautiful!
    semangat, Alina! hidup terkadang memang semenyeramkan itu hehe…

    Like

  41. i feel u Alina ,baru kemarin aku putus dan keadaan yg mengharuskan itu.

    Like

  42. Usss tulisannya bagus banget (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

    Like

  43. Kamu kuat, kamu pasti bisa Alina. Udah lama follow paus, tapi baru kali ini baca tulisanya, kata kata nya sederhana, tapi entah kenapa kepala langsung bisa memvisual kan semua yang paus tulis. Ditunggu ya us, part selanjutnya. Mungkin kejutan lain dari Alina.

    Like

  44. Gk semua rmh bisa jdi tempat pling nyaman dan aman 🥲 terkadang adanya seseorang yg bisa menjadi tempat bersandar jga bisa dijadikan rmh, krna mereka adlh orng2 yg langka 🤧

    Like

  45. Alina, makasih sudah hebat dan sampai dihari ini. Peluk Alina dan ibu sebesar dunia 🤍

    Like

  46. sending hug virtual ALINCANNN (Alina Cantiq) ヾ(˙❥˙)ノ

    KA TISNA CERITANYA GA PERNAH GAGAL

    LUP U POLLL UZZZ NYA TEWRIII (◕દ◕)

    Like

  47. tulisan paus emang selalu bikin aku geleng2, alias bagus bangettt
    kutunggu lanjutannya us😭🤟
    jadi inget gue baru putus 3 bln lalu arghhhh nyeseknya itu lo sampe sini ussss

    Like

  48. Ga tau kenapa tiba² nangis, mungkin karena keadaan rumah yang hampir sama?

    Like

  49. Semangattt untuk Alina-Alina lain di luar sanaa🥹🫶🏻. Pelukk jauhh semuanyaaa🤍🤍🤍

    Like

  50. Alina, aku juga gatau apa itu rumah, apa itu tempat pulang. Aku gatau apa itu rasa sayang, peduli, dan perhatian. Aku ga pernah tau gimana caranya mengungkapkan perasaan marah, sedih, kecewa, sampai akhirnya aku mati rasa. Menjadi anak satu-satunya ternyata ga seenak yang orang lain kira. Sepi uda pasti jadi temanku sehari-hari. Aku gapunya banyak orang di hidup ini, itu kenapa aku selalu takut kehilang orang lain walaupun orang lain inginnya aku hilang

    Like

  51. Entah kenapa rasanya jleb banget waktu di tulisan ini paus bilang, mungkin hidup tidak mengizinkan aku bersuara. Soalnya kadang hidup mau kita bertahan. Melebarkan sabar sambil terus melalui apa yg sedang disajikan kehidupan. Di sisi lain, tidak diizinkan bersura bentuk berbeda dr pembiaran. Kenapa harus dibiarkan hidup di rumah yg sewaktu waktu bisa membuat kita mati. Dan hidup tetap diam tidak menjawab kan

    Like

  52. Sedikit tau rasanya jadi Alina, tanpa adanya temen cerita yang bener” dengerin

    Like

  53. GK tau kenapa pas baca nangis banget itu mah
    Dalam cerita kakak itu cerita aku banget tapi
    Beda kan klo kk bapak doang kalo aku,aku yg selalu di maki maki sama keluarga cape harus gimana lgi

    Like

  54. Na,aku baca ini sengaja di jam 00.41 supaya tdk ada yg tau aku nagis.Jadi ingat kejadian di thn 2016 awal.persis seperti apa yg di alami Alina.(Semua org pergi,bapak gila,ibu terluka) Na, kata² ini menggambarkan perasaanku di thn 2016.😭😭😭jika warna biru adalah warna yg sadis di mata Alina maka bedanya Aku malah trauma dengan beda tajam dan darah. Peluk jauh untuk Alina, kita kuat sama-sama ya, Na.🥺🤗

    Like

  55. “…Bapakku tidak punya pekerjaan. Ibuku yg cari uang…”

    Ah sprti aku di kehidupan nyata. Bapakku yg dari dulu bersifat childish tak pernah sehari pun lolos dari amarah ibuku. Ibuku yg tangguh itu kerap kali meluapkan emosi bahkan memaki bapakku di hadapanku dan saudara2ku yg lain. Menimbulkan rasa trauma dlm diriku. Hingga membuatku mempertanyakan, apakah pernikahan akn selalu sprti itu? Untuk apa sebuah pernikahan jika hanya merusak mental? Ibuku yg lembut di hadapan anak2nya mlah sprti org yg berbeda di hadapan bapakku.

    “…Kadang aku bingung, siapa di antara kami yang lebih butuh pertolongan?…”

    Yah, sama. Mungkin kedua orang tuaku sdh tebiasa hidup sprti itu, hingga tdk sadar butuh pertolongan. Aku harap aku bsa tertolong dri trauma ini, rasa trauma yg mmbuatku tdk percaya akn indahnya pernikahan. Merasa smua lelaki sama, tdk dpt diandalkn. Aku harap aku bisa melenyapkan stiap caci dan maki yg sring kali kudengar itu dr benakku. Dan aku berharap bisa menemukan sosok yg bsa mnjd rumah.

    Like

  56. “aku tidak membencinya. tapi jelas, aku telah membuatnya membenciku.”
    dan benar, di setiap cerita ada tokoh baik atau tokoh jahat. tokoh utama atau pembantu. “dan di matanya sekarang, aku adalah penjahat nya.”

    Like

  57. i feel you alina, peluk hangat untuk alinaa🥺❤️❤️❤️❤️

    Like

  58. peluk untuk orang-orang seperti Alina, terimakasih sudah kuat sampai saat ini

    Like

  59. “perpisahan selalu menjadi drama yang paling melelahkan” paus terimakasih ya tulisan dan karya mu selalu menyentuh hati ku dan para pembaca yang lainnya 💗

    Like

  60. OMG, dr prologny udh kerasa seruny cerita ny, paussssss saranghae
    – from geby and D.O- love u

    Like

  61. Selamat datang universe baruuu, ditunggu tokoh favoritnya.
    Apakah ada yang bisa ngalahin nug di universe kalo ini??

    Like

  62. rumah emang ga selalu bentuk bangunan, tapi people come and go itu nyata dalam hukum alam

    Like

  63. Terimakasih sudah bertahan sejauh ini Alina, i’m so proud of you 💗
    -peluk jauh dariku ʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ

    Like

  64. Kukira cinta, ternyata luka🙂
    parahnya, itu dari cinta pertama seorang anak perempuan🥺 Alina kamu hebat!
    Terimakasih uss, tulisan kamu sangat sangat indah🤗

    Like

  65. Hai kak Tsana, kali ini aku cukup terjebak dalam cerita yang kakak buat di luar ekspektasiku. Aku mengalami hal yang sama kurang lebih seperti yang di rasakan oleh Alina, seketika aku membaca entah ingin menangis juga menangisi apa seolah aku sudah terbiasa. Perihal sikap sosok lagi yang seharusnya sebagai cinta pertama anak perempuannya, peluk untuk memberikan kekuatan kepada Alina

    Like

  66. ah.. benar.. seseorang itu tidak tetap. ia berubah, berganti, berhenti. paus.. gaada tulisan kamu yang ga indah, aku membacanya sambil bergumam “yaallah indahnya”.

    Like

  67. Untuk yang diluaran sana kisahnya mirip dengan Alina ‘Semangat’🥺❤️. Life goes on semangat pokoknya semangat yah✨

    Like

  68. Untuk yang diluaran sana, kisahnya mirip dengan Alina ‘Semangat’🥺❤️

    Like

  69. Rasanya sampe kehati banget. Aku memang tidak merasakan tpi cerita ini pasti juga mewakili perasaan orang orang diluar sana us. Terima kasih kalimat yang kau susun memang selalu indah us 🤍🤍 big hug buat paus

    Like

  70. Alina, kamu ga sendirian. aku sedih waktu baca, “ada darah yang mengalir dari sama”. aku pernah merasakannya juga Alina.

    Like

  71. Pausss, ini sedih. Sedih sekali … sampai-sampai aku gak bisa nahan air mata. I’m crying so hard, sebenarnya aku gak relate and im grateful for that, but i feel so sad for Alina. Sending big hug, Alina. Terima kasih sudah membuat cerita yang menyentuh hati dan indah, aku tunggu kelanjutannya ya, us 🙁🩷🩶

    Like

  72. Beberapa hal emang tidak sesuai dengan keinginan. Namun beberapa hal harus bisa diterima meskipun itu menyakitkan

    Like

  73. Ya Allah baru aja buka, disuguhinnya yang buat sedih. Pauss update nya tiap hari atau gimana?

    Like

  74. baru prolog tp sudah menguras air mata:( hug jauh buat alina🥺❤️

    Like

  75. aaaa us lagi buka puasa disuguhkan cerita bawang ini jd pengen nangis 😭, ayo jgn lama2 ya kelanjutannya us love you 🤎🤎

    Like

  76. Seperti biasa, Paus tidak pernah gagal dalam membawa emosi para terinya:’)

    Like

  77. baru awalnya aja udah bagus banget us, jadi alina juga ga mudah. hidup alina pasti hampa banget :(,ga sabar nunggu selanjutnya us

    Like

  78. Jadi na, haruskah kita benci bapak? Atau kita harus tetap sembunyi waktu bunyi pecahan piring mulai terdengar? Atau mulai benci kesemua orang?

    Like

  79. Baru juga prolog udah keren aja us😭peluk jauh buat alinaa🤗ditunggu next partai nyaaaa

    Like

  80. wah… gila sih ini.. rasanya agak ke trigger dikit wkwk. alina, kmu hebat sekali. ibu mu pun sama hebatnya..

    Like

  81. Bila seseorang sudah berada di fase tidak bisa merasa apa-apa, berarti sudah banyak luka yang dia alami.
    Alina. Nama yang indah.
    Perasaannya. Lukanya. I feel it. Karena saya pernah berada di posisinya. Membenci sosok yang kata orang adalah pahlawan, tapi tak berlaku bagi ku. Dia jarang memberi luka fisik, tapi luka batin. Kata-katanya lebih tajam dan sakit dari pisau menusuk kulit. Aku benci pulang ke rumah, tempat itu ada kehangatan sama sekali. Alasan aku pulang karena satu. Ibu. Cuma ibu. Sosok yang selalu tegar dalam keadaan apapun. Ahhh… memikirkannya membuat aku bertanya, “Kenapa ibu selalu kuat dalam keadaan seperti ini?”
    Bahkan aku tak pernah melihat ibu menangis.

    Hingga pada suatu titik, semua perasaan benci, luka, yang pernah aku alami berangsur pudar. Dimana saat aku melihat, sosok yang aku panggil ayah berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Walau tak sepenuhnya baik. Tapi setidaknya sekarang, aku bisa merasakan rindu rumah. Iyaa rindu rumah yang dulu aku anggap sebagai tempat asing.

    Terima kasih Paus, telah menyuguhkan cerita yang sangat related to many people di luar sana, termasuk aku.
    Tidak sabar menanti cerita selanjutnya.
    Love you Paus. I love you so bad.

    Like

  82. Pausss this prolog sangat amat menyedihkan, aku harap ending bahkan epilognya tidak semenyedihkan ini ya, love you alina kuat-kuat didunia mu ya♡♡

    Like

  83. Membaca ini membuatku mensyukuri hidup yang sering kali berjalan tidak sesuai harapan.

    Like

  84. pausss kamu selalu berhasil buat aku jatuh cinta pada pandangan pertama sama karaya karya mu 😭😭💗

    Like

  85. i dont know what to say.. this is too relate with my life. how can someone like u know all this, paus?

    ps. i love ur writing so much, ur one of the best writer for me. forever pausku ❤

    Like

  86. Pauuss, prolog yang menyakitkan tapi bikin nagih untuk dibaca. Peluk online untuk Alina dan teman-teman yang merasakannya 🥰🤗

    Like

  87. us, terima kasih..
    tulisanmu sudah berhasil sampai ke hati untuk yang kesekian kali >\\\<

    Like

  88. Pauuss, ini prolog yg sangat bagus dan sangat menyakitkan peluk online untuk Alina dan orang-orang yang juga merasakannya🥰🤗

    Like

  89. Definisi uda mati rasa sama semua hal yang terjadi di hidup.pauuuss nyesek banget🥲

    Like

  90. bagus bgt 🥺 pleasee ngena bgt di hati karena aku hampir punya cerita kek gini, jadi berasa bgt 💔

    Like

  91. Definisi udah mati rasa sama semua hal yang terjadi di kehidupan, aaa sending hug for you Alinaa🤧

    Like

  92. ussss ini terlalu bagusssss😭😭😭
    ayokkk usss akuu mau bacaa lagiii😭❤️❤️❤️❤️

    Like

  93. Nyesek banget jadi Alina, definisi udah mati rasa sama semua hal yang terjadi dalam hidup.aaa pauss😭

    Like

  94. Alina, i feel u.. Paus can’t you stop? ah gaenak banget nangis menjelang maghrib 🥹

    Like

  95. Pauss dan segala ceritanya yang selalu bikin orang yang membaca mewekk mampusss!!!!

    Like

  96. NYESEKKK BANGET PAUSSSS
    PELUKKKK ERAT BUAT ALINAAA🥺🥺🥺❤️❤️

    Like

  97. Peluk buat Alina, rumah yang bukan selalu tempat yang kamu maksud itu ada, percaya itu, percaya untuk waktunya, Lin.

    Like

  98. Peluk buat Alina, rumah yang bukan selalu tempat yang kamu maksud itu ada, percaya itu, percaya untuk waktunya

    Like

  99. kenapa tiap pasu yang buat cerita selalu berasa bahwa ini adalah pengalaman seseorang 😦

    Like

  100. serius ini baru prolog?😭 udh bkn mewek aja😭gmna nnti lanjutan ceritanyaaa😭😭😭

    Like

  101. ketika diri sudah menyerah untuk mencari harapan;) Semoga part selanjutnya, alina bisa menemukan rumah dan kebahagiaannya

    Like

  102. Relate bgt sama opini “hidup ini seolah berhenti di dua ribu sembilan belas ya”

    Like

  103. Tsana, sekarang aku bertanya-tanya. Dari mana sebenarnya idemu menulis cerita seperti ini? Ini seperti…. ceritaku. Maksudku, bukan. Seperti ada aku dalam cerita ini.
    Tentang “mungkin saja Tuhan mendengar doaku, mungkin saja aku menemukan rumah lain pada seseorang yang tetap”, kuharap kemungkinan kemungkinan itu jadi nyata. Setidaknya di dalam ceritamu ini.

    Oh iya, ibuku pun sama. Dia percaya Tuhan itu ada. Akupun percaya, tapi sudah tidak sebesar rasa percayanya ibu.

    Like

  104. Aku cinta sama kmu us, kamu selalu bisa bikin para teri bertanya tanya, dan menebak nebak dibalik ceritamu, saat kmu bilang clue tentang “biru” kupikir itu “dia” ternyata tentang sebuah luka yang mem “biru”. Tapi aku yakin sih ngga hanya itu pasti masih ada plot twist plot twist yg akan datang, semakin penasaran.

    Like

  105. Tisna😔😔 aku alhamdulillah gapernah ngalamin hal kek gini, mungkin hanya secara lisan tapi alina:(( dunia memang jahat sama kamu, jd kamu hrus buat duniamu sndiri, dunia dongeng buatanmu sndiri. Lari sejauh jauhnya dri hal yang buat kamu sakit alina:(. Pauss knp sih kata demi kata yang kamu tuliskan selalu bisa membuat aku seakan akan menjadi tokoh utama dicerita alina ini:( us AKU NANGISSSS TANGGUNG JAWABB GAA😡🤬

    Like

  106. pauss tidak pernah gagal bikin cerita keren 😭😭😭 makasih sudah ngasih temen ngabuburit buat puasa kali ini pauss, semangat terus nulisnya yaa 😍🌟✨

    Like

  107. ibu baru saja menyuruhku untuk membelikan daun sop setalah aku selesai membaca prolog yang chantiqqq ini

    Like

  108. tsan, cerita kali ini membuat pipiku basah. alina dan kehidupannya. aahhh alina, you deserve better. peluk jauh dariku untukmu ❤

    Like

  109. awal kenal paus bener bener di 2018, dan ngerasa kaya….wha gilaa karya karya nya bikin gue ga mau baca karya penulis lain, kenapa tulisan nya bener bener nyangkut banget di diri gue, dan kaget banget tiba tiba ada ceritaa baru yang di tulis lagi, dan ini kayanya bakal lebih pecah lagii😣, GUE NUNGGU UPDATE AN TERBARU SECEPAT NYA USS, tapi minimal “pra” novelin dulu lah🙏

    Like

  110. Prolog yg sangat indah, namun menyakitkan. Paus sangat bisa membuat pembacanya merasakan apa yg tokoh ceritanya rasakan:”’

    Like

  111. Terlihat seperti kisahku? Ya, tpi bedanya warna biru yang cukup sadis itu selalu Ada ditubuhku bukan dibadan ibuku!. Dan berarti, ayahku menyukai perannya menjadi orang gila? Oh, kasian sekali dia, HAHA.

    Like

  112. Sending hugs for Alina 🤗
    Untung ajaa namanya bukan Alana uss:”)

    Like

  113. Sakit bayangin jadi Alina. Seakan semua di hidupnya gaada keadilan:”) bagaimana bisa dia dengan ayah yang suka main tangan dan ibu yang hanya menerima? Tidakkk itu sangatttt menyakitkan:”) jadi penasaran apa lelaki itu tau keadaan keluarganya? Mengapa masih meminta selesai??? Ahh berat kalii hidup Alina iniiiiiii

    Like

  114. Aku bacanya gemeter karna hal yang alina alami terjadi di aku. Aku tetap sayang dan ga bisa benci sama bapak itu adalah fakta yang menyakitkan selama aku hidup. Dan dari situ aku tahu “ooh ini toh yang namanya hubungan toxic.”

    Like

  115. Waaaaaaw, paus selalu punya caranya sendiri untuk menyampaikan sebuah cerita, tidak pernah berlebihan tapi pesannya tetap sampai. Paling ga bisa baca novel atau apapun, tapi entah mengapa kalo rintik sedu pasti suka. Masyaallah, ga sabar tunggu lanjutannya Us.

    Like

  116. AAAAA GILAKKK!! superr gilaaa, us kenapa milih namanya alina? why alinaaaa???

    Like

  117. AKU SUKA BANGETTTT OMGGGG TSANAAAA🥺🥺😢🥺🥺❤️❤️❤️❤️PELUK JAUH UNTUK ALINAAAA

    Like

  118. kenapa tulisanmu selalu berhasil bikin teri ini pokus cuma ke tulisanmu, pauss😭🤧💙

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: